review:
Jubing who..? wah, rugi banget kalo blom kenal aja om Jubing. Dia adalah maestro gitar yang langka jumlahnya di negara kita. Pemegang rekor 4 gelar juara I di Yamaha Festival Gitar Indonesia (1987,1992, 1994 dan 1995) dan Distinguished Award di Yamaha Festival Gitar Asia Tenggara di Hongkong utk kategori Freestlye, memang luar biasa. Sertifikat Grade 5 (tingkat guru) di Yamaha Classical Guitar Performance udah diperoleh semasa beliau masih SMU. Meskipun Jubing sempat bergabung di tabloid NOVA sbg wartawan, dan akhirnya mencapai posisi Redaktur Pelaksana, dia tidak pernah sekalipun meninggalkan gitarnya. Aransemen2nya dimainkan para gitaris dari berbagai belahan dunia. Tahun 2003, Jubing meninggalkan profesinya di tabloid NOVA dan fokus ke dunia musik. Bila saat ini gitar masih dikenal lebih sbg instrumen pengiring, Jubing membuktikan bahwa dalam satu gitar bisa menghasilkan bas, chord dan melodi sekaligus. (istilahnya om jubing: One Man Band Instrument). Gitar emang cuma enam senar, tapi seribu satu nada dapat dihasilkan, dan Jubing telah membuktikannya. Bicara soal aransemen2nya.. hanya satu kata yg keluar dari gw, amazing. O ya, mungkin album ini termasuk classical guitar, tapi beberapa aransemen Jubing emang kental nuansa jazznya. Sebelum sampai ke link, gw quote dulu bbrp komentar tentang Jubing.
Jaya Suprana:
Album musik gitar ini luar biasa penting karena merupakan pengabdian karsa dan karya salah satu gitaris terbaik Nusantara Sepanjang masa.
Addie MS:
Album ini merupakan album CD pertama yang merekam permainan gitar akustik solo oleh musisi indonesia. Kelak jika kita melihat apresiasi musik gitar akustik di Tanah Air semakin baik, Jubing adalah salah seorang yang tersenyum bahagia atas segala hasil perjuangannya.
Tempo, edisi 1- 7 Sept 2003:
Jubing adalah salah seorang entertainer yang dapat membuat para penonton tersenyum lebih lebar.
Kompas, 6 Okt 2001:
Hal yang menarik dari Jubing adalah, ia bukan saja membuat aransemen yang serius untuk lagu2 Indonesia– termasuk lagu anak2 yang sederhana — tapi ia juga memainkannya dengan sangat apik, sangat alamiah, dan tampak tidak menghadapi kesulitan teknis.
The Jakarta Post, 3 Okt 2001:
Jubing transformed the simple Indonesian’s children song into a lively guitar piece laden with attractive improvisation.
1) Sinaran (Hassan/arr: Jubing)
2) Morning Rain (Jubing)
3) Becak Fantasy – Orchestrated Version (Ibu Sud, arr: Jubing/Handoyo)
4) Song for Renny (Jubing)
5) Waiting for Sunset (Jubing)
6) Ayam den Lapeh – Orchestrated Version (arr: Jubing/Handoyo)
7) Theme from “Magnificent Seven” (Bernstein/arr. Jubing)
8) Amelia (Jubing)
9) Burung Kakatua (Traditional/arr: Jubing)
10) Lullaby (Jubing)
11) Ayam den Lapeh – Original Solo Version
12) Becak Fantasy – Original Solo Version
link and review by blackmamba